Jumat, 16 Maret 2012

RENUNGANKU

♥♥ .♥♥

♥♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*¤* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥♥
♥♥ . Renungan Teruntuk Diriku.... ♥♥.
♥♥`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*♥♥

Ya Allah,

Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas

Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra

Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi

Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit
Aku hanya seonggok bintang kecil yang redup di samudra langit Mu yang tanpa batas


Allahu Robbi...

Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU

Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU


Allahu Rabb…………..baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air

Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU

Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU

Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU

Diri yang tangannya banyak maksiat ini,

Mulut yang banyak maksiat ini,

Mata yang banyak maksiat ini…

Hati yang telah terkotori oleh noda ini…memiliki keinginan setinggi langit
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???


Ya Allah…Kami semua fakir di hadapan MU tapi juga kikir dalam mengabdi kepada MU

Semua makhlukMU meminta kepada MU

dan pintaku….

Ampunilah aku, keluargaku dan saudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya


Mungkin tanpa kami sadari , kami pernah melanggar aturanMU

Melanggar aturan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah
Yang telah Engkau percayakan kepada kami…Ampunilah kami


Pertemukan kami dalam syurga MU dalam bingkai kecintaan kepadaMU

Ya Allah….Siangku tak selalu dalam iman yang teguh

Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,

Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU

Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit

Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu
Atau….dalam maksiat kepadaMU “Ya Allah Tutuplah untuk kami dengan sebaik-baiknya penutupan !!”

Aamiin ya Robbal'Alamin

[+/-] Selengkapnya...

KETHUILAH WAHAI IKHWAN

Jemarinya blm berhak untuk kau genggam.. Suara lemah lembutnya blm berhak engkau nikmati.. Wajahnya blm berhak terlalu lama engkau pandangi… Lalu kapankah tiba saatnya dia yg engkau cinta menjadi hakmu sepenuhnya? Saat itu ialah ketika engkau telah berjanji atas nama Allah menjadi sepasang suami istri, disaksikan kerabat serta malaikat. Saat itulah saat dimana yg sbelumnya diharamkan menjadi terhalalkan.

[+/-] Selengkapnya...

JIKA KAU MENJADI ISTRIKU NANTI

Author: Abu Aufa
Jika seorang lelaki ingin menarik hati seorang wanita, biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta kata puitis bin manis, penuh janji-janji untuk memikat hati, “Jika kau menjadi istriku nanti, percayalah aku satu-satunya yang bisa membahagiakanmu,” atau “Jika kau menjadi istriku nanti, hanya dirimu di hatiku” dan “bla…bla…bla…” Sang wanita pun tersipu malu, hidungnya kembang kempis, sambil menundukkan kepala, “Aih…aih…, abang bisa aja.” Onde mande, rancak bana !!!
Lidah yang biasanya kelu untuk berbicara saat bertemu gebetan, tiba-tiba jadi luwes, kadang dibumbui ‘ancaman’ hanya karena keinginan untuk mendapatkan doi seorang. Kalo ada yang coba-coba main mata ama si doi, “Jangan macem-macem lu, gue punya nih!” Amboi… belum dinikahi kok udah ngaku-ngaku miliknya dia ya? Lha, yang udah nikah aja ngerti kalo pasangannya itu sebenarnya milik Allah SWT.
Emang iya sih, wanita biasanya lebih terpikat dengan lelaki yang bisa menyakinkan dirinya apabila ntar udah menikah bakal selalu sayang hingga ujung waktu, serta bisa membimbingnya kelak kepada keridhoan Allah SWT. Bukan lelaki yang janji-janji mulu, tanpa berbuat yang nyata, atau lelaki yang gak berani mengajaknya menikah dengan 1001 alasan yang di buat-buat.
Kalo lelaki yang datang serta mengucapkan janjinya itu adalah seseorang yang emang kita kenal taat ibadah, akhlak serta budi pekertinya laksana Rasulullah SAW atau Ali bin Abi Thalib r.a., ini sih gak perlu ditunda jawabannya, cepet-cepet kepala dianggukkan, daripada diambil orang lain, iya gak? Namun realita yang terjadi, terkadang yang datang itu justru tipe seperti Ramli, Si Raja Chatting, atau malah Arjuna, Si Pencari Cinta, yang hanya mengumbar janji-janji palsu, lalu bagaimana sang wanita bisa percaya dan yakin dengan janjinya?
Nah…
Berarti masalahnya adalah bagaimana cara kita menjelaskan calon pasangan untuk percaya dengan kita? Pusying… pusying… gimana caranya ya? Ih nyantai aja, semua itu telah diatur dalam syariat Islam kok, karena caranya bisa dengan proses ta’aruf. Apa sih yang harus dilakukan dalam ta’aruf? Apa iya, seperti ucapan janji-janji seperti diatas?
Ta’aruf sering diartikan ‘perkenalan’, kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta’aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan. Karena itu perbincangan dalam ta’aruf menjadi sesuatu yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya. Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat ta’aruf?
1. Keadaan Keluarga
Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukan apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak tunggal, bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan ibadahnya bagus banget, guanteng abis, lagi kuliah di Jepang (ehm), pokoknya selangit deh! Kalo ketemu tipe begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong langsung kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar, lalu bilang “Abi, boljug tuh kaya’ ginian jangan dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung dikhitbah ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang!” Lho? :D
2. Harapan dan Prinsip Hidup
Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia adalah qowwan dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannya dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tau harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya nih, “Jika kau menjadi istriku nanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepada Allah” atau “Jika kau menjadi istriku nanti, mari bersama mewujudkan keluarga sakinah, rahmah, mawaddah.” Kalo harapan dan janjinya seperti ini, kudu’ diterima tuh, insya Allah janjinya disaksikan Allah SWT dan para malaikat. Jadi kalo suatu saat dia gak nepatin janji, tinggal didoakan, “Ya Allah… suamiku omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh sekali-kali dianya…,” hush…! Gak boleh doakan suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf kan?
3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai
Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam pelayaran bahtera rumah tangga butuh saling pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka masakan pedas sekali-kali masaknya jangan terlalu pedas, karena suaminya kurang suka. Suami yang emang hobinya berantakin rumah (karena lama jadi bujangan), setelah menikah mungkin bisa belajar lebih rapi, dll. Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan karena telah dijelaskan saat ta’aruf. Namun harus diingat, menikah itu bukan untuk merubah pasangan lho, namun juga lantas bukan bersikap seolah-olah belum menikah. Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu wajar aja-kan? Dan juga hendaknya perubahan yang terjadi adalah natural, tidak saling memaksa.
4. Ketakwaan Calon Pasangan
Apa yang terpenting pada saat ta’aruf? Yang mestinya menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan disini adalah ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai ‘KETAKutan WAlimahAN’ :D Karena apabila seorang lelaki senang, ia akan menghormati istrinya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak suka berbuat zalim kepadanya. Gimana dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa atau tidak? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila lelaki itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah… yang begini ini nih, ‘calon suami kesayangan Allah dan mertua.’
Inget lho, ta’aruf hanyalah proses mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah. Nah kadang jadi ‘penyakit’ nih, karena alasan “Kan masih mau ta’aruf dulu…” lalu ta’rufnya buanyak buanget, sana-sini dita’arufin. Abis itu jadi bingung sendiri, “Yang mana ya yang mau diajak nikah, kok sana-sini ada kurangnya?”
Wah…, kalo nyari yang mulia seperti Khadijah, setaqwa Aisyah atau setabah Fatimah Az-Zahra, pertanyaannya apakah diri ini pun sesempurna Rasulullah SAW atau sesholeh Ali bin Abi Thalib r.a.? Nah lho…!!!
Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masuk kategori wajib, dan segalanya pun telah terencana dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak, ‘jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?’
Ya akhi wa ukhti fillah,
Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air mata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.
Barakallahulaka barakallahu’alaika wajama’a bainakuma fii khairin.
Wallahu a’lam bishowab,
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Abu Aufa
http://www.dudung.net/artikel-islami/jika-kau-menjadi-istriku-nanti.html

[+/-] Selengkapnya...

cinta sebenarnya

 “Cinta yang terpuji adalah cinta yang memberikan manfaat kepada orang yang merasakan cinta itu untuk kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Cinta inilah yang menjadi asas kebahagiaan. Sedangkan cinta bencana adalah cinta yang membahayakan pelakunya di dunia maupun akhirat dan membawanya ke pintu kenistaan serta menjadikannya asas penderitaan dalam jiwanya.”
 Ibnu Qayyim rahimahullâh

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 08 Februari 2012

karena Alloh semata

Diam. Itu yang biasa Fulan lakukan bila rekan-rekan kerja menjadikan dirinya sebagai bahan ledekan. Lebih baik diam. Sebab menanggapi pun hanya akan membuat ledekan mereka semakin berkembang. Belum menikah di usia berkepala tiga, dimana teman seusianya rata-rata sudah berkeluarga dan mempunyai anak, ada yang dua bahkan ada juga yang tiga, membuat Fulan sering menjadi bahan ledekan rekan-rekan sekantornya.
“Bulan Haji sudah lewat, kamu belum juga kawin, Lan?” salah seorang rekan kerja Fulan membuka obrolan, atau lebih tepatnya ledekan, beberapa menit sebelum jam makan siang.
“ Boro-boro kawin, punya pacar saja belum,” celetuk rekan kerja lainnya. “Sudahlah Lan, jangan terlalu pilih-pilih, segeralah kawin. Hati-hati, kelamaan membujang nanti bisa berkarat!” lanjutnya, yang disambut dengan gelak tawa rekan kerja lainnya.
Dan seperti biasa, Fulan hanya menanggapinya dengan diam dan senyum. Tak perlu merasa sakit hati. Cukup sering ia mendengar semacam ini, seolah-olah tak ada yang lebih menarik bagi mereka selain menjadikan dirinya sebagai bahan guyonan.
Dan pilihan Fulan memang cukup ampuh untuk tidak membiarkan dirinya jadi bulan-bulanan. Diam dan atau tersenyum adalah jurus yang tetap akan ia gunakan selama ledekan dan guyonan yang mereka lontarkan masih dalam batas kewajaran.
Tapi apa yang terdengar siang itu sungguh tak bisa hanya Fulan tanggapi dengan diam ataupun tersenyum. Bukan marah, tapi Fulan merasa perlu meluruskan apa yang baru saja diucapkan salah seorang rekan kerjanya ketika ia menolak untuk makan siang bersama karena hari itu ia sedang berpuasa.
“Sudah aku bilang, buruan kawin, biar ada yang masakin. Jadi kamu tidak puasa melulu!” celetuk salah seorang rekan kerja sambil tertawa. Dan meskipun guyonannya kali ini tidak di’amin’i rekan kerja lainnya, ia yang memang paling rajin meledek Fulan merasa guyonannya tak kalah lucu dari biasanya.
Bukan saja tidak lucu, tapi celetukannya kali ini memancing reaksi Fulan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Maaf! Sebagai laki-laki normal, sayapun ingin menikah. Sungguh! Tapi mau bagaimana lagi, barangkali Allah belum mengijinkan. Sampai saat ini Allah belum mempertemukan dengan jodoh saya. Karena itu saya coba meredam hasrat alami saya dengan berpuasa.” Fulan menjawab dengan hati-hati. Ia tak ingin justru rekan kerjanya yang jadi tersinggung, meskipun sebenarnya ia yang lebih pantas tersinggung.
“Biar cepat dapat jodoh?” sahut rekan kerjanya, masih belum menyadari kekeliruannya.
Fulan menjawabnya dengan menggeleng.
“Atau, biar cepat kaya?” rekan kerja Fulan kembali bertanya. Kali ini ia sambil tertawa.
Sambil tersenyum Fulan menjawab. “Bukan, bukan karena itu semua. Saya berpuasa bukan karena terpaksa sebab tidak ada yang memasak untuk saya. Meski rasanya tidak enak, insya Allah saya bisa masak sendiri. Atau kalau saya lagi malas masak, di sekitar kontrakan saya masih banyak warung nasi. Juga saya berpuasa bukan agar cepat dapat jodoh, apalagi cepat kaya.”
“Lalu?”
“Saya hanya mengikuti pesan Rosululloh kepada pemuda yang ingin menikah tapi belum mampu, agar berpuasa karena puasa itu perisai baginya. Saya sudah siap dan insya Allah mampu untuk berumah tangga, baik secara fisik, hati maupun materi. Tapi sampai saat ini Allah belum menunjukan wanita mana yang akan menjadi jodoh saya. Saya bukan pilih-pilih, tapi memilah dan memilih calon pasangan adalah satu keharusan agar rumah tangga selamat dunia hingga akhirat.”
“Maaf, kalian tentu lebih tahu dan lebih berpengalaman dalam hal ini.” Fulan menambahkan. “Dan selain mengikuti anjuran rosul, tujuan utama saya berpuasa adalah karena mengharap ridho Allah semata. Mengapa? Karena ketika Allah ridho dengan kita, apapun yang kita inginkan, kita butuhkan, akan Allah kabulkan. Insya Allah. Maaf, saya tidak bermaksud menggurui, saya hanya mengingatkan, terutama diri saya sendiri bahwa apapun yang saya lakukan semestinya karena Allah semata, bukan karena kepentingan dunia yang hanya sesaat. Dengan ridho Allah, dunia akhirat insya Allah selamat. “
Sunyi. Tak ada satupun rekan kerja yang menanggapi, termasuk yang tadi memulai obrolan ini.
“Maaf, Lan. Saya tak bermaksud menyinggung perasaanmu” akhirnya ia menyadari kesalahannya.
“Sudahlah, fren. Saya tidak tersinggung kok. Silahkan makan siang, sudah waktunya istirahat.” Jawab Fulan sambil tersenyum. Ia sengaja memanggil fren untuk mencairkan suasana. Tak ingin Fulan berlama-lama dalam suasana yang tidak nyaman. Yang terpenting adalah rekan kerjanya bisa mengambil pelajaran, dan tidak sembarangan memilih obrolan.
***
Saya sepakat dan sependapat dengan Fulan. Bahwa segala sesuatu yang kita lakukan semestinya adalah karena Allah semata. Pekerjaan yang sama belum tentu di mata Allah nilainya sama. Semua tergantung niat ketika akan melakukannya.
sama-sama berpuasa belum tentu sama-sama bernilai ibadah, tergantung niatnya. Ketika berpuasa karena terpaksa, tidak ada yang memasak seperti yang rekan kerja Fulan katakan, ingin cepat kaya, diet dalam rangka menurunkan berat badan atau berbagai macam alasan duniawi lainnya, maka tak ada pahala yang ia dapatkan selain apa yang ia inginkan.
Barangkali dengan berpuasa ia memang bisa berhemat sehingga ia bisa menabung lebih banyak, lebih cepat kaya karena kaya dalam pandangannya selalu diukur dengan harta. Atau dengan berpuasa ia bisa menurunkan berat badannya hingga tercapai berat yang ideal. Itu mungkin-mungkin saja. Tapi sesungguhnya orang yang seperti ini sangatlah merugi.
Semestinya, kalaupun benar di rumah tidak ada makanan, tidak ada yang memasak, ingin berhemat, atau ingin memiliki berat badan yang ideal, tetap niatkan puasa karena Allah semata. Mengharap ridho Allah, bukan yang lainnya.
Seperti yang Fulan katakan, ketika Allah ridho kepada kita, maka Allah akan mencukupkan yang kita inginkan, memberikan yang kita butuhkan. Jangan arahkan yang kita kerjakan untuk kepentingan duniawi saja, itu tidak bernilai ibadah. Niatkanlah karena Allah, karena dengan demikian, dunia akhirat tercakup semuanya.
Allah Mahatahu apa yang kita inginkan, kita butuhkan. Mari benahi niat sebelum melakukan sesuatu. Pastikan karena kita mengharap ridho Allah semata. Insya Allah.
dikutip dari oaseiman.com

[+/-] Selengkapnya...

berlomba menuju kota raja

Berlomba menuju Kota Raja
Ibnu Abdil Bari el ‘Afifi

            Dikisahkan, ada seorang Raja membangun sebuah kota di lokasi yang sangat strategis, dan dekat dengan sumber air. Sungai-sungainya mengalir dengan deras dan pepohonannya teratur rapi. Suatu hari, sang Raja berkata kepada rakyatnya, “Berlombalah kalian menuju tempat yang paling indah di kota tersebut. Barangsiapa yang mencapai tempat tersebut, maka ia menjadi miliknya. Ia boleh memilih rumah mana saja yang disukainya, sesuai dengan cepat-lambatnya kalian dalam mendapatkannya. Ia juga berhak mendapatkan layanan untuk mendapatkan apapun yang dikehendakinya. Semaunya. Tetapi barangsiapa yang berlambat-lambat, maka ia akan didahului orang lain untuk mencapai kota tersebut, dan rumahnya akan ditempati oleh orang lain, dan ia akan menjadi orang yang sedih, dan tidak mendapat tempat tinggal, selama-lamanya.”
            Sang Raja juga memberitahukan bahwa dalam mengarungi perlombaan itu, mereka akan menemui pohon besar yang rindang, yang akan menjadi naungan bagi orang-orang di bawahnya. Di bawah pohon tersebut terdapat air yang mengalir dan di atasnya terdapat bebuahan yang bermacam-macam, dan beburungan yang berkicauan merdu. Tetapi sang Raja mengingatkan, “Janganlah kalian terperdaya dengan pohon yang naungannya sejuk itu, karena pohon itu akan tercerabut dari akarnya, akan hilang naungannya, akan habis buah-buahannya dan burung-burungnya yang berkicauan merdu pun akan mati. Sedangkan di kota Raja, bebuahannya akan terus ada dan tak akan pernah habis, naungannya tidak akan pernah hilang dan kenikmatannya akan selalu mengabadi, dan tiada lagi kematian bagi penghuninya. Di dalamnya terdapat berbagai kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik pada sanubari manusia.”
            Kabar ini didengarkan oleh semua rakyatnya, tak terkecuali, baik rakyat yang setia maupun yang membangkang. Semua mendapatkan informasi seperti ini, tergantung bagaimana sikap dan respon mereka dalam menanggapi perlombaan yang harus dilalui oleh mereka semua. Karena syarat utama untuk sampai kepada kota raja tersebut, mereka harus menempuh perjalanan yang melelahkan, perjalanan panjang yang menguras waktu, tenaga, darah dan airmata, perjalanan yang akan meninggalkan banyak duka dalam mengarunginya tetapi akan berbuah manis ketika sudah sampai di tempat tujuan. Itulah kota impian, yang didambakan oleh semua orang pada saat itu. Tetapi pertanyaannya, sanggupkah mereka melaksanakan sesuai dengan perintah sang Raja?
            Ketika semuanya hendak berlomba menuju kota impian, mereka pun terlebih dahulu harus bersinggah di bawah pohon besar yang pernah dijanjikan; yang dihiasai dengan sungai-sungai yang segar, bebuahan yang ranum dan kicauan beburungan yang begitu merdu. Mereka melewati pohon tersebut dalam keadaan letih, lelah, payah, kepanasan dan kehausan. Mau tidak mau, semuanya berhenti dan beristirahat di bawah naungan pohon tersebut sambil menikmati manisnya bebuahan untuk menghilangkan lapar, meminum air sungainya untuk melepas dahaga, dan mendengarkan suara kicauan burung untuk melepaskan kelelahan barang sejenak.
            Mereka pun diingatkan oleh utusan sang Raja yang membersamai mereka, “Sesungguhnya persinggahan kalian di tempat ini hanyalah sekedar untuk menguatkan diri kalian, dan mempersiapkan kendaraan kalian untuk mengadakan perlombaan. Jika terompet telah dibunyikan, bersegeralah kalian lari menuju arena perlombaan, dan menjemput kota impian; kota yang penuh dengan berbagai kenikmatan yang tak terbayangkan, kota yang akan selalu dikenang, dan menjadi dambaan setiap orang.”
            Tetapi kebanyakan mereka malah menjawab, “Bagaimana kami akan meninggalkan naungan yang teduh ini, air yang segar, bebuahan yang masak, dan kami di sini bisa istirahat dan santai-santai, kemudian kami harus terjun ke arena perlombaan dalam keadaan panas, berdebu, lelah, letih, serta harus menempuh perjalanan yang jauh serta melalui padang sahara yang kering lagi tandus yang membuat usus-usus kami terputus karena kehausan. Bagaimana kami harus menjual harta yang sudah ada di tangan kami dengan system pembayaran di belakang untuk waktu yang sangat lama, dan kami harus meninggalkan kenikmatan yang sudah tampak di depan mata menuju kenikmatan yang belum pernah kami lihat sebelumnya, yang mungkin saja itu hanya kenikmatan ilusi yang belum tentu ada. Kenikmatan yang sudah ada itu lebih baik daripada kenikmatan yang dijanjikan besok. Kami akan mengambil kenikmatan yang sudah bisa dilihat mata dan meninggalkan kenikmatan yang baru didengar oleh telinga. Kami adalah anak-anak yang dilahirkan untuk menikmati hari ini. Bagaimana kami harus meninggalkan kehidupan yang telah ada ada sekarang ini menuju kehidupan yang belum Nampak, di sebuah negeri yang jauh yang kami tidak tahu kapan kami akan sampai ke sana.”
            Orang-orang seperti ini disindir oleh Ibnu Qayyim al Jauziyyah dengan nasehatnya,
“Sungguh mengherankan orang yang bodoh yang berlagak sok pintar, orang dungu yang berlagak pandai. Ia lebih mengutamakan bagian yang rendah dan akan binasa dari pada bagian yang kekal. Menjual jannah yang luasnya seluas langit dan bumi, dengan penjara sempit yang akan rusak dan binasa. Ia jual rumah yang begitu indah dan elok di syurga ‘Adn, yang  mengalir dibawahnya sungai-sungai, dengan kandang-kandang sempit yang akan roboh dan binasa. Ia gadaikan gadis-gadis perawan yang penuh cinta lagi sebaya umurnya, bagaikan permata yakut dan marjan, dengan mereka yang berperilaku  menjijikkan lagi kotor, para pezina, atau wanita-wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya. Bidadari yang jelita, putih bersih, yang di pingit dalam rumah, ia tukar dengan perempuan-perempuan kotor lagi murahan. Sungai-sungai khamr yang lezat di minum, dengan minuman najis yang hanya akan menghilangkan akal, dan merusak dunia serta agama. Kenikmatan melihat wajah Allah Yang Maha Perkasa lagi Penyayang, ia tukar dengan melihat wajah buruk lagi jelek. Mendengar kalam Yang Maha Pengasih, di ganti dengan mendengarkan alat-alat musik, nyanyian, dan lagu-lagu murahan. Duduk di atas singgasana permata, batu mutiara dan zamrud pada hari yang dianugerahkan kepadanya  di tukar dengan duduk-duduk di majelis yang penuh dengan kefasikan bersama syetan yang suka membangkang. Panggilan Ar Rohman : “Wahai Penduduk Jannah, sesungguhnya kalian akan selalu mendapat nikmat maka janganlah berputus asa , kalian akan hidup kekal tidak akan mati, kalian akan tetap tinggal tidak akan pergi, tetap muda tidak pernah akan tua. Ia tukar panggilan itu dengan nyanyian biduan :
Hawa nafsu telah menghampiriku ketika engkau datang
Akupun tak bisa mengakhirkan ataupun mendahulukannya
Aku dapatkan celaan dalam hawa nafsu yang melenakan
Karena kecintaan mengingat dirimu
Maka silahkan kalau ada yang mau mencela
Sayangnya, tipuan keji dalam jual beli ini baru akan nampak jelas nanti pada hari kiamat. Sungguh akan terlihat kebobrokan jual beli ini pada hari kerugian dan penyesalan, ketika orang-orang bertaqwa dikumpulkan menuju Ar Rahman dengan segera dan orang-orang durhaka di giring ke jahannam satu persatu. Ketika itulah sang penyeru akan menyerukan seruannya  dengan disaksikan oleh para saksi : “Maka hendaklah Ahli Mauqif (orang-orang yang dikumpulkan di makhsyar) sadar siapakah sebenarnya orang yang paling mulia di antara kalian. Jika orang-orang yang tertinggal masih ragu-ragu dengan kedudukan tinggi yang dijanjikan  Allah kepada mereka, berupa kemuliaan dan apa yang di simpan oleh Allah untuk mereka, berupa keutamaan dan kenikmatan serta apa yang tidak terlihat oleh mata mereka, berupa Qurratu A’yun yang belum pernah terlihat oleh mata, belum terdengar oleh telinga dan belum terdetik pada qolbu bani Adam, maka pada hari ini ia pun baru tahu dan sadar berapa banyak dagangan yang sudah lenyap yang tidak memberikan kebaikan dalam hidupnya. Padahal ia selalu menghitung-hitung jika ada barangnya yang hilang. Ia baru tahu bahwa ada satu kaum yang telah mendapatkan kerajaan besar yang tak pernah rusak atau tertimpa kebinasaan. Mereka telah mendapatkan keberuntungan berupa kenikmatan yang kekal di tempat yang besar dan tinggi yang airnya melimpah tak pernah henti.”

            Akhirnya, mereka pun tetap tinggal di bawah pepohonan yang rindang tersebut, sekalipun sudah diingatkan oleh pesan awal sang Raja bahwa pohon itu akan tercerabut dari akarnya, naungannya akan hilang, bebuahannya akan habis dengan berlalunya masa, dan beburungannya juga akan mati. Berbeda dengan apa yang tersedia di kota Raja, pepohonannya lebih beraneka rupa beserta bebuahannya yang akan selalu ada dan tidak pernah ada habis-habisnya, dan beburungannya akan selalu berkicau, ditambah lagi mereka akan dilayani oleh para pelayan yang selalu siap memenuhi semua permintaannya; semua pinta mereka akan tersedia dengan mudahnya, apapun keinginannya.
            Maka yang berangkat mengikuti perlombaan itu hanya satu dari setiap seribu orang peserta. Mereka berkata, “Demi Allah, tempat kami bukanlah di naungan yang tidak kekal ini, di bawah pepohonan yang sebentar lagi tercerabut dari akarnya, bebuahannya akan habis, dan burung-burung yang berkicauan di atasnya akan mati. Kami akan mengikuti perlombaan menuju naungan kota yang yang tidak akan pernah hilang, menuju kehidupan nyama yang tidak akan pernah putus. Patutkah seorang musafir beristirahat di bawah naungan untuk membangun kemahnya, dan menjadikannya sebagai tempat tinggal? Bukankah ini tindakan yang paling bodoh?”
Hukum kematian bagi makhluk pasti berlaku
Dunia bukanlah tempat menetap
Penuhilah kebutuhan kalian dengan segera
Karena hidup kalian adalah sebuah perjalanan
Dari perjalanan-perjalanan yang ada.
Berlarilah menuju arena perlombaan dan bergegaslah
Tinggalkanlah naungan yang tidak abadi
Karena kalian di dunia ini adalah Musafir
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan yang enak di dunia
Berarti ia membangun harapan di tepi jurang yang akan runtuh.
Kehidupan di atas kehidupan adalah setelah meninggalkan dunia.
Di negeri orang-orang yang menang
Negeri yang paling Mulia.
            Kemudian mereka menerjunkan diri ke arena perlombaan dan tidak memedulikan sedikitnya teman seperjalanan. Mereka berjalan dengan tekad yang bulat dan tidak memedulikan celaan orang yang mencela dengan perjalanan mereka. Sedangkan orang-orang yang menetap di bawah naungan pohon tersebut tertidur pulas. Demi Allah, tidak lama kemudian ranting-ranting pohon tersebut menjadi layu, dedaunannya akan rontoh, bebuahanya akan habis, ranting-rantignnya akan kering, dan airnya akan habis. Kemudia pohon tersebut akan tercerabut dari akaranya sehingga orang-orang yang berteduh di bawahnya menjadi kepanasan, dan menyesal serta merasa bersedih karena kehilangan kehidupan, mereka tidak lagi mendapatkan penghidupan di bawah pohon tersebut. Pohon itu dibakar oleh sang Raja, sehingga pohon dan semuanya isinya menjadi api yang menyala-nyala. Api mengepung orang-orang yang ada di bawahnya sehingga tak seorang pun di antara mereka bisa keluar darinya. Kemudian mereka berkata, “Di mana orang-orang yang berteduh bersama kami di bawah pohon ini yang kemudian beristirahat sejenak lalu meninggalkannya?”
            Kekata mereka persis angan-angan orang kafir yang diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya, “Rubama yawaddu l-ladzîna kafarû lau kânu muslimîn, dzar hum ya’kulû wa yatamatta’û wa yulhihimu l-amalu fa saufa ya’lamûn, Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (al Hijr : 2-3).
Maka tanya mereka pun dijawab, “Angkatlah pandangan mata kalian niscaya kalian akan melihat rumah-rumah mereka.” Maka mereka melihat dari kejauhan, dan terlihatlah teman-temannya yang dulu bersama mereka, berada di dalam istana-istana kota Raja, beserta kamar-kamar yang megah, mereka bersenang-senang dengan berbagai macam kelezatan. Mereka semakin menyesal, kenapa mereka dulu tidak mengindahkan pesan sang Raja, dan ikut perlombaan menuju kotanya. Dan kesedihan semakn bertambahan dan berkepanjangan karena mereka dijauhkan dari hal-hal yang mereka inginkan. Dikatakan kepada mereka, “Inilah balasan bagi orang-orang yang tertinggal.”
   Allah berfirman :
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
 “Dan Kami tiada menganiaya mereka akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” ( QS.  An Nahl: 118).
Saudaraku, itulah permisalan perjalanan kita menuju akhirat; pohon besar itu adalah dunia yang sekarang kita tinggali; di tempat inilah kita membekali diri dengan bekal yang akan mengantarkan kepada kota impian. Itulah negeri yang kita dipinta untuk merindukannya, sebagaimana kekata, “Hubbul wathan mina l-îman, mencintai negeri Surga adalah bagian dari keimanan.” Iya, sejatinya negeri yang dimaksud dari kata-kata tersebut adalah surga, bukan yang lainnya. Itulah tempat yang sangat dirindukan oleh orang-orang yang mencinta Rajanya.
Maka, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.  Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (al Hadid : 20-21).
 “Wa sâri’û ilâ maghfiratin min rabbikum wa jannatin ‘ardhuhâ ka ardhi s-samâwatt wa l-ardhi ‘uiddat li l-ladzîna âmanû billâhi wa rusulih, dzâlika fadhlullâhi yu’thi man yasyâ’u, wallâhu dzu l-fadhli l-‘azhîm, Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

Reference : Hâdi l-Arwâh ilâ Bilâdi l-Afrâh, dan ‘Uddatu s-Shâbirîn.
dikutip dari www.oaseiman.com

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 18 Januari 2012

bila aku jatuh cinta

cinta sesungguhnya
Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !

[+/-] Selengkapnya...

ikhlas

Orang yang beramal karena mengharap ketenaran dan kedudukan, tentu akan bermalas-malasan atau merasa berat, jika ada pertanda harapannya akan kandas. Orang yang beramal karena mencari muka di hadapan pemimpin atau penguasa, tentu akan menghentikan amalnya, jika pemimpin tersebut turun dari jabatannya...

----------

Ikhlas merupakan salah satu dari berbagai amal hati. Amal akan menjadi sempurna, hanya dengan ikhlas. Amal yang tidak disertai dengan ikhlas, ibarat gambar mati atau raga tanpa jiwa. Allah SWT hanya menginginkan hakikat amal, bukan rupa dan bentuknya. Dia menolak setiap amal yang pelakunya tertipu dengannya.

Maksud ikhlas di sini adalah menghendaki keridhaan Allah SWT dengan suatu amal, membersihkannya dari segala noda individual maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah SWT. Praktis dalam ikhlas, tidak ada noda yang mencampuri suatu amal. Imam Al Ghazali pernah mengatakan bahwa segala sesuatu digambarkan mudah bercampur dengan sesuatu lainnya. Jika bersih dari pencampurannya dan bersih darinya, maka itulah yang disebut murni. Perbuatan yang besih dan murni disebut ikhlas.

Allah SWT berfirman, ''... (berupa) susu yang bersih antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.'' (QS An Nahl: 66). Kemurnian susu itu diukur tanpa adanya campuran kotoran dan darah atau segala sesuatu yang memungkinkan bercampur dengannya. Ikhlas kebalikan syirik. Siapa yang tidak ikhlas, berarti dia musyrik. Hanya saja syirik itu mempunyai beberapa derajat.

Ikhlas dalam tauhid kebalikan dari syirik dalam uluhiyah. Syirik ada yang tersembunyi, ada pula yang terang-terangan. Begitu pula ikhlas. Ikhlas dan kebalikannya sama-sama menyusup ke dalam hati karena memang hatilah tujuannya. Ikhlas akan memberikan kekuatan untuk beramal secara berkesinambungan. Seseorang yang beramal karena nafsu perut akan menghentikan amalnya bila tidak mendapatkan sesuatu yang mengenyangkan nafsunya.

Orang yang beramal karena mengharap ketenaran dan kedudukan, tentu akan bermalas-malasan atau merasa berat, jika ada pertanda harapannya akan kandas. Orang yang beramal karena mencari muka di hadapan pemimpin atau penguasa, tentu akan menghentikan amalnya, jika pemimpin tersebut turun dari jabatannya. Sedangkan orang yang beramal karena Allah SWT, tidak akan memutuskan amalnya, tidak mundur, dan tidak malas-malasan sama sekali. Sebab, alasan yang melatarbelakangi amalnya tidak pernah sirna.

Allah SWT berfirman, ''Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.'' (QS Al Qashash: 88). Upaya mengetahui hakikat ikhlas dan pengamalannya laksana lautan yang dalam. Semua orang bisa tenggelam di dalamnya, kecuali hanya sedikit. Inilah yang dikecualikan dalam firman Allah SWT, ''Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'' (QS Shad: 83). Wallahu a'lam bi ash-shawab.

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 15 Januari 2012

sabar dalam penantian jodoh

ikhwan dan akhwat dalam penantian
Suasana malam ini lebih dingin dari hari sebelumnya. Hujan di luar yang semula gerimis kini mulai bertambah deras. Rintik hujan yang jatuh seakan asyik bercanda ria dengan  genteng rumah sehingga menghasilkan irama yang tak karuan namun agak sedikit merdu.Segelas kopi susu hangat buatan Bu’e menemaniku browsing internet(lg pesbukan,,,,heheheh).  Sebenarnya di ruang tengah aku tidak sendiri, ada Bu’e yang juga asyik menonton sinetron kesukaannya, Cintra Fitri season 5. Dari episode pertama Bu’e tidak pernah ketinggalam untuk menyaksikan sinetron favoritnya itu. Di tengah-tengah acara sinetron tersebut, tiba-tiba Bu’e bertanya.
“Le…” tanya Bu’e
“Ada apa Bu’e?” jawabku.
“Bu’e ingin bicara lebih terbuka denganmu.” kata Bu’e sambil mengecilan volume televisi.
“Ya Bu’e, silahkan…” kataku sambil tetap sibuk mengetik di laptop untuk update status di dinding paguyuban warga windusari,,,hihihihi promosi dkit
.“Gimana dengan tawaran Bu’e bulan lalu. Apa kamu sudah punya jawaban?” tanya Bu’e.
oiya jd ingat nasehat ma tawaran ibuku kalo disuruh jangan pacaran,kalo memang suka segeralah ditembung atau ibu yang nyariin pasangan buatku.mbingungi tenan.
“Belum Bu’e, Tole masih sibuk.” jawabku.
“Begini Le, Bu’e tidak mau karena alasan kamu terlalu sibuk bekerja, kamu melupakan atau lupa untuk menikah” kata Bu’e.
Kupandangi wajah Bu’e sambil tersenyum… :)
Bu’e kembali melanjutkan pembicaraannya, “Kamu ini harus segera memutuskan  siapa yang akan kamu pilih untuk dijadikan sebagai istri.
aku pun langsung kaget,aku bingung mau jawab gimana atau seperti apa.apakah aku akan mencari jodohku sendiri,ah rasanya tak mungkin.aku sudah kapok dengan pilihanku sendiri.aku selalu di tinggalkan walaupun aku dah baik dan setia padanya.
atau aku manut ibu,biar ibu yang ngurus semuanya.???rasanya itu pilihan paling tepat bgiku.
"iya bu,,tp aku minta waktu bu.setelah rumah ini selesai direnovasi kemudian mata pencaharianku sudah tetap,aku akan serahkan semuanya pada ibu,,"mungkin ini satu satunya jawaban terbaik batinku.
"ya,baguslah kalo begitu.setidaknya kamu sudah punya rencana itu dasar dari niatmu"sahut bu'e sambil langsung nggedein volume tv seolah ga mau ketinggalan sinetron cinta fitri.
Ya Allah, apakah Engkau juga menganjurkan untukku menikah? Tapi ya Allah siapa jodohku? Seperti apa calon pasanganku itu?

“Ya Allah, rahasia itu hanya Engkau yang tahu,
Namun aku tak mau menjadi tuna cinta,
Tuntun hatiku dalam sabar dalam menanti jodohku,
Amin


maaf jika ga nyambung,,,,:)heheheh

bersambuuuuunnnnnnnnngggggggggggggg

[+/-] Selengkapnya...

sayyidul istighfar

taubat
SAYYIDUL ISTIGHFAR Penulis: Al-Ustadz Muhammad Ar Rifa�i Termasuk dzikir yang utama dan doa yang barokah yang selayaknya bagi setiap muslim untuk menjaganya dan membacanya disetiap pagi dan malam hari adalah yang telah datang di dalam shahih Al Bukhari dari hadits Syadad bin Aus Radhiyallahu �anhu dari Nabi Shalallahu �alahi wa Sallam bahawasannya beliau bersabda : سيد الاستغفار أن تقول (Sayyidul Istighfar adalah engkau mengatakan) : اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَ أَنَا عَبْدُكَ وَ أَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ أَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ � Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu (yaitu selalu menjalankan perjanjian-Mu untuk beriman dan ikhlas dalam menjalankan amal ketaatan kepada-Mu) dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Engkau�. من قالها من النهار موقنا بها فمات من يومه قبل أن يمسي فهو من أهل الجنة و من قالها من الليل و هو موقن بها فمات قبل أن يصبح فهو من أهل الجنة . ‌ Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia mati pada hari itu sebelum petang hari, maka dia termasuk penduduk syurga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka dia termasuk penduduk syurga.� (HR. Al-Bukhari - Fathul Baari 11/97) Ini adalah doa yang agung yang mencakup banyak makna : taubat, merendahkan diri kepada Allah Tabaraka wa Ta�ala dan kembali menghadap kepada-Nya. Nabi Shalallahu �alahi wa Sallam menamainya sebagai Sayyidul Istighfar (penghulu istighfar), yang demikian itu dikeranakan ia melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan. Diantara makna sayyid adalah orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang berkedudukan tinggi dikalangan mereka. Sisi lebih dari keutamaan doa ini dibanding bentuk istighfar yang lain adalah : - Nabi Shalallahu �alahi wasallam mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan pengakuan bahawa dirinya adalah hamba Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya (penetapan Tauhid Ar Rububiyyah), Dan bahawa Allah adalah Al Ma�buud (sesembahan) yang haq dan tiada sesembahan yang haq yang selainNya. Maka Dia adalah satu-satunya yang berhak dibadahi dan ini merupakan realisasi Tauhid Al Uluhiyyah. - Pernyataannya bahawa ia senantiasa tegak diatas janji dan kukuh diatas ikatan berupa iman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, seluruh nabi dan rasul-Nya. Menjalankan segenap ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya. Ia akan menjalaninya sesuai kemampuan dan kesanggupannya. - Kemudian dia berlindung kepada Allah Subhanahu dari seluruh kejelekan apa yang telah dia perbuat, baik sikap kurang dalam menjalani apa yang Allah wajibkan baginya yaitu mensyukuri nikmat-Nya ataupun berupa perbuatan dosa. - Kemudian ia mengakui akan nikmat Allah yang terus datang beruntun dan anugerah-Nya serta pemberian -Nya yang tiada pernah berhenti. - Dan dia mengakui atas dosa-dosanya, sehingga iapun lantas memohon ampunan kepada Allah Suhhanahu wa Ta�ala dari itu semua dengan segenap pengakuannya bahawa tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Allah Suhhanahu wa Ta�ala. وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) �Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.� (Al Imran : 135) Ini adalah paling sempurna apa yang ada pada sebuah doa. Kerana itu ia menjadi seagung-agungnya bentuk istighfar dan yang paling utama dan paling mencakup untuk kandungan maknanya yang mesti akan diampuni dosa-dosa. Kemudian Nabi Shalallahu �alahi wa Sallam menghakhiri penyebutan doa tersebut dengan menjelaskan pahala yang besar dan ganjaran yang luar biasa yang akan didapat oleh orang yang menjaga doa tersebut setiap pagi dan sore hari. Maka Beliau Shalallahu �alahi wa Sallam mengatakan : �Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia mati pada hari itu sebelum petang hari, maka dia termasuk penduduk syurga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka ia termasuk penduduk syurga.� Hanyalah yang mengucapkan doa ini dan menjaganya yang akan memperoleh janji yang mulia dan pahala serta ganjaran besar nan utama ini, kerana ia telah membuka harinya dan menutupnya dengan penetapan Tauhidullah baik Rububiyyah-Nya dan Ululhiyyah-Nya. Dan pengakuan dirinya sebagai hamba yang siap menghamba dan persaksiannya terhadap anugerah dan nikmat Allah. Pengakuannya dan kesadarannya akan kekurangan-kekurangan dirinya dan permohonan maaf dan ampunan dari Dzat yang Maha Pengampun, diiringi dengan rasa tunduk dan rendah dihadapan-Nya untuk senantiasa patuh dan taat kepada-Nya. Ini semua merupakan cakupan makna yang utama dan sifat yang mulia yang ia buka dan tutup lembaran siangnya. Yang pantas bagi orang yang mengucapkan dan menjaganya mendapat maaf dan ampunan, terbebas dari neraka dan masuk syurga. Wallahu a�lam bisshowab. Kita memohon kepada Alloh Yang Maha Mulia berupa keutamaan dan anugerah-Nya. (Lihat kitab Fiqhul Ad�iyyah wal adzkar II/17-20. As Syaikh Abdur Rozaq bin abdil Muhsin Al Badr. ) Diringkas oleh Muhammad Ar Rifa�i) DIANTARA KEUTAMAAN ISTIGHFAR ــ طوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا . ‌ �Berbahagialah bagi orang yang mendapati dalam catatan amalnya istighfar yang banyak� (HR. Al Baihaqi, Imam Ahmad dalm Az Zuhd dan Dishahihkan Syaikh Al Albany. Lihat Shahih Al Jami� no. hadits 3930) ــ من أحب أن تسره صحيفته فليكثر فيها من الاستغفار . ‌ �Siapa yang suka agar catatan amalnya membuat ia senang maka perbanyaklah padanya istighfar.� ( Hadits dihasankan syaikh. Al Albany, lihat Shahihul jami� no. hadits 5955) ــ يا معشر النساء ! تصدقن و أكثرن الاستغفار فإني رأيتكن أكثر أهل النار إنكن تكثرن اللعن و تكفرن العشير ما رأيت من ناقصات عقل و دين أغلب لذي لب منكن أما نقصان العقل : فشهادة امرأتين تعدل شهادة رجل فهذا نقصان العقل و تمكث الليالي ما تصلي و تفطر في رمضان فهذا نقصان الدين . ‌ �Wahai sekalian wanita ! bershadaqahlah kalian dan perbanyaklah istighfar kerana aku telah melihat kalian adalah majoriti penduduk neraka. Sesungguhnya kalian banyak melaknat dan mengkufuri suami. Tidaklah aku dapati yang kurang aqalnya dan agamanya mampu mengalahkan yang mempunyai akal daripada kalian. Adapun kurang aqal : maka persaksian dua wanita sebanding persaksian satu lelaki maka yang demikian adalah kurangnya aqal. Dan dia tinggal menjalani beberapa malam tanpa sholat dan dia berbuka (tidak puasa) di bulan ramadhan maka ini adalah kurangnya agama.� (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan lainnya. dan Dishahihkan Syaikh Al Albany. Lihat Shahih Al Jami� no. hadits 7980) ــ إن الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول : أنى لي هذا ؟ فيقال : باستغفار ولدك لك . ‌ �Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat derajatnya disyurga, maka iapun berkata : Bagaimana ini boleh untukku? Maka dikatakan : disebabkan anakmu beristighfar (memohonkan ampun) untukmu. (HR. Ahmad, Al Baihaqi dan lainnya, Dishahihkan Syaikh Al Albany. Lihat Shahih Al Jami� no. hadits 1617) iluvislam.com

[+/-] Selengkapnya...